Selasa, 14 Mei 2013

SELAMAT JALAN KAWAN

Ryan adalah sebuah nama yang diberikan oleh kedua orang tuaku kepadaku. Tidak begitu indah tapi aku suka nama itu. Di tahun ajaran baru ini aku memilih SMPN 4 Boyolali untuk melanjutkan sekolahku. Sebenarnya sebelum ke sana ada niatan bersekolah di SMPN 1 Boyolali. Tapi aku tak tahu tentang kapan pendaftarannya. Akupun santai dan tidak ambil pusing, usaha untuk cari tahu pun tak ada.
Suatu hari saat akan berangkat les menjelang ujian, aku terpleset di kamar mandi dan baru sadar di pagi hari setelahnya. Kabar buruk  datang dari kakekku ketika aku bangun. Aku sudah tidak bisa mendaftar lagi ke SMP 1 karena pendaftaran sudah ditutup. Aku dan bapakku mencoba datang ke rumah salah satu guru SMP 1, dengan harapan bisa mendaftar kesana. Tapi usaha itu sia-sia, aku sudah tidak bisa lagi mendaftar di SMP 1. Kemudian nenekku memberi saran agar aku bersekolah di SMPN 4 Boyolali. Padahal waktu itu aku belum tau seperti apa dan dimana SMP 4 tersebut. Dengan berat hati akupun mengikuti saran nenekku dan bersekolah disana.
Semuanya masih asing bagiku. Dihari-hari awal menjadi murid baru, tak ada seorangpun yang aku kenal. Saat itu aku sedang duduk sendiri di bangku saat salah seorang murid laki-laki berbadan gemuk mendekat dan mengajakku bicara. “hai, boleh duduk di sini?”, tanyanya begitu ada didekatku.
“Boleh” jawabku kemudian.
“Aku Russel, Siapa Namamu? ”
“Aku Ryan”.
Lewat sedikit perbincangan itu, ku tahu namanya Russel.
Mungkin bagi murid-murid lain Russel itu berbeda atau apalah sehingga ia dijauhi murid lain. Mungkin karena badannya gemuk dan keringatnya bau? Tapi bagiku semuanya sama saja, semua tetap teman. Akupun tak mendekatinya tapi aku juga tak menjauhinya. Aku selalu berfikir, kalau saja dia itu aku pasti sangat sulit juga buatku. Mungkin pikiran itu yang membuatku memperlakukan ia sama dengan yang lainnya.
Saat mulai menginjak kelas 2 SMP aku dan Russel terpisah. Aku ada di kelas A sedangkan ia di kelas C. Hari-hari kulalui biasa saja, hanya agak berbeda tanpa kehadiran Russel di kelasku. Di kelas 2 aku mendapatkan teman baru, Eka namanya. Dia orangnya asik, lucu, dan agak usil. Meskipun dia orangnya asik, tapi aku tidak lupa dengan Russel. Seseorang yang pertama kali aku kenal waktu aku menjadi murid di sekolah ini.
Setelah satu tahun aku tidak sekelas dengan Russel. Akhirnya di kelas 3 kita bisa sekelas lagi. Di kelas 3 ini lah aku sudah mulai mempunyai banyak teman. Memang mereka semua asik, tapi mereka kurang cocok denganku. Rasanya berbeda, aku lebih nyaman dengan satu teman yang ada disaat aku senang maupun susah, dari pada teman banyak tetapi hanya ada disaat senang saja. Dan semua yang aku cari itu ada pada Russel.
Kita punya hobi yang sama yaitu main game. Selain itu rumah kita juga searah jadi saat pulang sekolah kita sering main PS bareng di salah satu penyewaan PS bernama “Millinium”. Bukan sering lagi malah, lebih dari itu, karena hampir setiap hari aku kesana bersama Russel. Dari situlah kita mulai bersahabat.
Bagiku Russel adalah orang yang baik, tapi banyak orang hanya memandangnya dengan sebelah mata karena keadaan fisiknya.  Dia baik padaku. Saat uang jajannya lebih ia tak pernah lupa pada sahabatnya. Aku sering di traktir makan atau dibayarin pas main PS.
Senang rasanya saat mendengar kata kelulusan. Siapa sih yang nggak senang kalau bisa lulus sekolah? Apalagi lulus dengan nilai yang bagus. Agak tidak adil juga karena selama 3 tahun sekolah hanya ditentukan oleh ujian yang kurang dari seminggu. Tapi aku tetap lega dan bersyukur karena aku lulus dengan nilai yang lumayan baik. Karena aku lemah dalam bahasa inggris jadi yang kurang memuaskan adalah nilai bahasa inggris. Tapi sudahlah aku lulus dengan nilai segitu pun sudah bersyukur. Di sela-sela kebahagiaan karena mendapati amplop yang bertuliskan lulus didalamnya terselip rasa kesedihan. “LULUS” memang kata yang baik juga yang paling dinanti setelah 3 tahun lamanya berjuang dalam belajar. Tapi kata itu juga berarti perpisahan. Setelah lulus semuanya berhampuran ke sana-sini mencari sekolah.
Dan akhirnya aku harus berpisah dengan sahabatku., karena kita beda sekolah. Aku melanjutkan sekolah di SMAN 1 Boyolali sedangkan Russel melanjukan sekolah di Lampung. Sebenarnya dia sempat berniat untuk bersekolah di SMAN 1 Boyolali, tapi karena nilai raportnya yang tidak memenuhi, dia tidak bisa mendaftar di SMA 1. Tujuan kedua dia ingin bersekolah di SMA 3 Boyolali tetapi tidak mendapat restu dari paman dan kakeknya. Padahal Kita sudah sepakat saat ia diterima di SMA 3 nanti pulang-pergi kita sama-sama dengan motorku. Tapi sayang, akhirnya dia memilih untuk melanjutkan sekolah ke sebuah sekolah yang berhubungan dengan perikanan di Lampung. Demi seorang sahabat aku rela membantunya kesana-sini mengurus surat-surat untuknya sekolah di Lampung. Tanpa SIM dan berbekal motor ayahku, aku mengantarnya mengurus surat-surat ke rumah sakit lah, dinas perikanan lah, ke sekolahan lah, pokoknya muter-muter. Pengalaman lucu dan menyebalkan yang aku ingat saat aku membantu Russel mengurus surat-surat adalah saat aku diludahi polisi. Rasanya aku ingin tertawa kalau teringat tentang hari itu. Saat itu sedang ada operasi untuk pengendara yang surat-suratnya belum lengkap. Aku berniat untuk kabur karena aku juga belum punya SIM saat itu, tapi hasilnya malah aku diludahi sama polisi. Untung saja tidak kena badanku atau helmku, hanya kena motorku. Saat itu aku berpikir apes banget sih nasibku. Tapi itu bakalan jadi pengalaman menarik dan penghibur saat aku mangingatnya. Tapi kesal juga sih, aku pun sempat berkata pada diriku sendiri awas aja kalu aku sudah punya SIM kuludahi balik kamu nanti.
Setelah cukup lama berputar-putar dan berpusing-pusing akhirnya surat-suratnya pun lengkap. Aku ikut lega. Akhirnya lengkap juga, tapi aku juga sedikit bersedih. Lengkap berarti Russel akan berangkat secepatnya ke Lampung.
Akhirnya hari itu benar-benar tiba. Russel harus pergi ke Lampung. Sedikit memori terukir sebelum ia pergi. Kita sempat main PS bareng. Permainan PS bersama yang terakhir. Nantinya dia tidak akan menemaniku bermain PS lagi seperti biasanya. Cukup beberapa kali permainan sebagai tanda perpisahan, setelah itu aku mengantarkannya ke terminal untuk membeli tiket. Dan akhirnya ia benar-benar pergi ditelan bus jurusan Lampung.  

Selamat jalan sahabatku. Semoga saat di Lampung kamu mempunyai sahabat disana yang bisa menerimamu apa adanya dan tidak melihat dari fisikmu saja. Kalau ada libur panjang kesini, sampai jumpa.






0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | cheap international calls