Ryan adalah sebuah nama yang diberikan
oleh kedua orang tuaku kepadaku. Tidak begitu indah tapi aku suka nama itu. Di
tahun ajaran baru ini aku memilih SMPN 4 Boyolali untuk melanjutkan sekolahku. Sebenarnya sebelum ke sana ada
niatan bersekolah di SMPN 1 Boyolali. Tapi aku tak tahu tentang kapan pendaftarannya.
Akupun santai dan tidak ambil pusing, usaha untuk cari tahu pun tak ada.
Suatu hari saat akan berangkat les
menjelang ujian, aku terpleset di kamar mandi dan baru sadar di pagi hari setelahnya. Kabar
buruk datang dari kakekku ketika aku bangun. Aku
sudah tidak bisa mendaftar lagi ke SMP 1 karena pendaftaran sudah ditutup. Aku
dan bapakku mencoba datang ke rumah salah satu guru SMP 1, dengan harapan bisa
mendaftar kesana. Tapi usaha itu sia-sia, aku sudah tidak bisa lagi mendaftar
di SMP 1. Kemudian
nenekku memberi saran agar aku bersekolah di SMPN 4 Boyolali. Padahal waktu itu
aku belum tau seperti apa dan dimana SMP 4 tersebut. Dengan berat hati akupun mengikuti saran nenekku dan
bersekolah disana.
Semuanya masih asing bagiku. Dihari-hari awal menjadi murid baru,
tak ada seorangpun yang aku kenal. Saat itu aku sedang duduk sendiri di bangku saat salah
seorang murid laki-laki berbadan gemuk mendekat dan mengajakku bicara.
“hai, boleh duduk di sini?”, tanyanya begitu ada didekatku.
“Boleh” jawabku kemudian.
“Aku Russel, Siapa Namamu? ”
“Aku Ryan”. Lewat sedikit perbincangan itu, ku tahu namanya Russel.
“Boleh” jawabku kemudian.
“Aku Russel, Siapa Namamu? ”
“Aku Ryan”. Lewat sedikit perbincangan itu, ku tahu namanya Russel.
Mungkin bagi murid-murid lain Russel itu berbeda atau apalah sehingga ia
dijauhi murid lain. Mungkin karena badannya gemuk dan keringatnya bau? Tapi
bagiku semuanya sama saja, semua tetap teman. Akupun tak mendekatinya tapi aku
juga tak menjauhinya. Aku selalu berfikir, kalau
saja dia itu aku pasti sangat sulit juga buatku. Mungkin pikiran itu yang
membuatku memperlakukan ia sama dengan yang lainnya.
Saat mulai menginjak kelas 2 SMP aku dan Russel terpisah. Aku
ada di kelas A sedangkan ia di kelas C. Hari-hari kulalui biasa saja, hanya
agak berbeda tanpa kehadiran Russel di kelasku. Di kelas 2 aku mendapatkan
teman baru, Eka namanya. Dia orangnya asik, lucu, dan agak usil. Meskipun dia
orangnya asik, tapi aku tidak lupa dengan Russel. Seseorang yang pertama kali
aku kenal waktu aku menjadi murid di sekolah ini.
Setelah satu
tahun aku tidak sekelas dengan Russel. Akhirnya di kelas 3 kita bisa sekelas lagi. Di kelas 3 ini lah aku sudah mulai mempunyai banyak teman. Memang
mereka semua asik, tapi mereka kurang cocok denganku. Rasanya berbeda, aku
lebih nyaman dengan satu teman yang ada disaat aku senang maupun susah, dari
pada teman banyak tetapi hanya ada disaat senang saja. Dan semua yang aku cari
itu ada pada Russel.
Kita punya hobi yang sama yaitu main game. Selain itu rumah
kita juga searah jadi saat pulang sekolah kita sering main PS bareng di salah
satu penyewaan PS bernama “Millinium”. Bukan sering lagi malah, lebih dari itu,
karena hampir setiap hari aku kesana bersama Russel. Dari situlah kita mulai bersahabat.
Bagiku Russel adalah orang yang baik, tapi banyak
orang hanya memandangnya dengan sebelah mata karena keadaan fisiknya. Dia baik padaku. Saat uang jajannya lebih ia
tak pernah lupa pada sahabatnya. Aku sering di traktir makan atau dibayarin pas
main PS.
Senang rasanya saat mendengar kata kelulusan. Siapa sih yang nggak senang kalau
bisa lulus sekolah? Apalagi lulus dengan nilai yang bagus. Agak tidak adil juga
karena selama 3 tahun sekolah hanya ditentukan oleh ujian yang kurang dari
seminggu. Tapi aku tetap lega dan bersyukur karena aku lulus dengan nilai yang
lumayan baik. Karena aku lemah dalam bahasa inggris jadi yang kurang memuaskan
adalah nilai bahasa inggris. Tapi sudahlah aku lulus dengan nilai segitu pun
sudah bersyukur. Di sela-sela kebahagiaan karena mendapati amplop yang
bertuliskan lulus didalamnya terselip rasa kesedihan. “LULUS” memang kata yang
baik juga yang paling dinanti setelah 3 tahun lamanya berjuang dalam belajar. Tapi
kata itu juga berarti perpisahan. Setelah lulus semuanya berhampuran ke
sana-sini mencari sekolah.
Dan akhirnya aku harus berpisah dengan sahabatku., karena
kita beda sekolah. Aku melanjutkan sekolah di SMAN 1 Boyolali sedangkan Russel
melanjukan sekolah di Lampung. Sebenarnya dia sempat berniat untuk bersekolah
di SMAN 1 Boyolali, tapi karena nilai raportnya yang tidak memenuhi, dia tidak
bisa mendaftar di SMA 1. Tujuan kedua dia ingin bersekolah di SMA 3 Boyolali
tetapi tidak mendapat restu dari paman dan kakeknya. Padahal Kita sudah sepakat
saat ia diterima di SMA 3 nanti pulang-pergi kita sama-sama dengan motorku.
Tapi sayang, akhirnya dia memilih untuk melanjutkan sekolah ke sebuah sekolah
yang berhubungan dengan perikanan di Lampung. Demi seorang sahabat aku rela
membantunya kesana-sini mengurus surat-surat untuknya sekolah di Lampung. Tanpa
SIM dan berbekal motor ayahku, aku mengantarnya mengurus surat-surat ke rumah sakit lah,
dinas perikanan lah, ke sekolahan lah, pokoknya muter-muter. Pengalaman lucu
dan menyebalkan yang aku ingat saat aku membantu Russel mengurus surat-surat adalah saat aku
diludahi polisi. Rasanya aku ingin tertawa kalau teringat tentang hari itu.
Saat itu sedang ada operasi untuk pengendara yang surat-suratnya belum lengkap.
Aku berniat untuk kabur karena aku juga belum punya SIM saat itu, tapi hasilnya
malah aku diludahi sama polisi. Untung saja tidak kena badanku atau helmku,
hanya kena motorku. Saat itu aku berpikir apes
banget sih nasibku. Tapi itu bakalan jadi pengalaman menarik dan penghibur
saat aku mangingatnya. Tapi kesal juga sih, aku pun sempat berkata pada diriku
sendiri awas aja kalu aku sudah punya SIM
kuludahi balik kamu nanti.
Setelah cukup lama berputar-putar dan
berpusing-pusing akhirnya surat-suratnya pun lengkap. Aku ikut lega. Akhirnya
lengkap juga, tapi aku juga sedikit bersedih. Lengkap berarti Russel akan berangkat secepatnya ke
Lampung.
Akhirnya hari itu benar-benar tiba. Russel harus pergi ke Lampung. Sedikit
memori terukir sebelum ia pergi. Kita sempat main PS bareng. Permainan PS
bersama yang terakhir. Nantinya dia tidak akan menemaniku bermain PS lagi
seperti biasanya. Cukup beberapa kali permainan sebagai tanda perpisahan,
setelah itu aku mengantarkannya ke terminal untuk membeli tiket. Dan akhirnya
ia benar-benar pergi ditelan bus jurusan Lampung.
Selamat jalan sahabatku. Semoga saat di Lampung kamu mempunyai sahabat
disana yang bisa menerimamu apa adanya dan tidak melihat dari fisikmu saja.
Kalau ada libur panjang kesini, sampai jumpa.
0 komentar:
:)) :)] ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* : 8-} ~x( :-t b-( :-L x( =))
Posting Komentar